Saturday

Upacara Pernikahan Adat Jawa

hijab budaya - Ada beberapa hal yang patut dicermati dalam upacara adat yang biasa dilakukan keluarga pengantin Jawa (Jawa Tengah). Misalnya pada prosesi siraman calon pengantin perempuan di mana zaman dulu, calon pengantin yang masih gadis sama sekali tidak boleh memakai atau dipakaikan bunga hidup pada tubuhnya dan pada air siraman.

Zaman sekarang, calon pengantin perempuan memakai kain untuk membalut tubuh kemudian ditutup dengan rangkaian melati hidup. Kadang ada juga yang memakaikan rangkaian melati di kepala calon pengantin bahkan air siraman juga diberi bunga hidup. Dulu, air siraman tidak dicampuri bunga, tapi hanya air saja. “Saya sendiri masih menggali berbagai sumber tentang apa alasan calon pengantin perempuan tidak boleh memakai bunga hidup di tubuhnya. Zaman sekarang cuma keluarga keraton saja yang masih berpedoman pada adat zaman dulu, tapi itupun tidak semua,” tegas Nuniek.

Bagaimana jika dalam perkembangannya, upacara adat itu kemudian banyak yang dibuat praktis atau dilakukan pemangkasan? Menurut Nuniek itu sebenarnya tidak ada masalah. Biasanya alasannya karena kepraktisan dan penghematan biaya mengingat seluruh rangkaian upacara adat itu memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Lagipula upacara adat itu sifatnya ngleluri budaya dan prosesinya adalah simbol simbol dari nasihat dan doa dari sesepuh atau orangtua kepada anak-anaknya. Mengingat orang Jawa zaman dulu terbiasa dengan nasihat yang dirupakan simbol-simbol.

ADAPUN rangkaian upacara adat pengantin Jawa secara garis besar adalah sebagai berikut:

Pasang tratag dan tarub
Tanda resmi bahwa pemilik rumah punya hajatan mantu. Tarub dibuat menjelang acara inti dengan ciri khas dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna-warni, dan kadang disertai dengan ubarampe berupa nasi uduk (nasi gurih), nasi asahan, nasi golong, kolak ketan dan apem.

Kembar mayang
Dari bunga pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Jika acara inti temu pengantin selesai, kembar mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut dengan maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa.

Siraman
Siraman dilakukan tetapi calon pengantin sebaiknya tanpa riasan wajah sama sekali.

Kerik Dahi
Perias mengerik bagian dahi dan seharusnya dalam suasana santai (tidak terburu-buru). Namun di kebanyakan masyarakat kita, biasanya keluarga meminta agar proses kerik dipercepat sehingga calon pengantin bisa ikut tumpengan dan orangtua menyuapkan potongan tumpeng.

Adol Dawet
Agar saat prosesi kerik tidak diburu-buru dan para tamu tidak bosan menunggu, kemudian disiasati dengan acara adol dawet yang dilakukan orangtua calon mempelai perempuan. Biasanya para tamu diberi semacam benda untuk ’membeli’ dawet pengganti uang (ada yang biasanya dibuat dari batu bata atau pecahan genteng rumah yang dibentuk seperti lempengen bundar). Ini simbol pengharapan agar saat acara resepsi banyak tamu yang datang.

Pasang Bleketepe
Ayah calon mempelai wanita memasang bleketepe dari anyaman blarak. Itu simbol karena justru bleketepe itulah sama fungsinya seperti tenda karena zaman dulu tidak ada tenda.

Midodareni
Midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam melepas masa lajang bagi kedua calon pengantin di mana calon pengantin perempuan berdiam di rumah. Mestinya selama malam midodareni, calon pengantin tidak memakai perhiasan. Dalam acara ini ada acara nyantrik untuk memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam akad nikah dan sebagai bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benarbenar siap melakukan prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari kata widodareni (bidadari), lalu menjadi midodareni yang berarti membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari. Dalam dunia pewayangan, kecantikan dan ketampanan calon pengantin diibaratkan seperti Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya.

PUNCAK ACARA
Akad Nikah (Ijab Qobul)
Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul di mana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, sesepuh dan orang tua kedua belah pihak serta beberapa tamu undangan. Saat akad nikah, ibu dari kedua pihak (menurut adat dulu), tidak memakai subang atau giwang guna memperlihatkan keprihatinan mereka sehubungan dengan peristiwa menikahkan anak.

Upacara Panggih
Acara temu pengantin atau mempertemukan pengantin terdiri dari:
Liron kembar mayang Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk mersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan.

Gantal Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masingmasing pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu.

Injak telur atau ngidak endhog Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.

Cuci kaki Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra sebagai tanda bakti istri pada suami dan mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor.

Minum air degan Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem).
Dikepyok atau ditabur bunga warna warni agar keluarga mereka bahagia.Sampai di pelaminan ayah dari pengantin putri duduk dan kemudian memangku kedua pengantin di sisi kanan dan kiri yang juga disebut timbangan. Artinya kedua pengantin mendapat restu. Biasanya ibu pengantin perempuan akan bertanya pada suaminya, berat yang mana. Lalu dijawab sama beratnya oleh si ayah. Artinya orangtua sama-sama menyayangi anak dan menantunya.

Kacar-kucur Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri berupa uang receh beserta kelengkapannya. Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarganya.

Dulangan (saling menyuap) Dilakukan kedua pengantin yang berarti memadu kasih antar keduanya dan perlambang bersatunya cinta mereka.
Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa restu.Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra dan inilah puncak prosesi.( Surabayawedding )
- jilbab -